Monday, February 13, 2012

Album Review : Feist - Metals | Noel Gallagher's High Flying Birds - selftitled

Feist – Metals

           
Album ketiga Feist, Metals langsung dapat dicerna oleh pendengaran kita dalam situasi sendirian ataupun di tengah hujan yang menenangkan. Chorus dinamis dalam lagu ‘A Commotion’ menjadi kekuatan tersendiri dalam 12 lagu di dalam Metals. Leslie Feist, singer / songwriter asal Kanada yang sudah 34 tahun, masih menunjukkan tajinya dalam kemegahan lagu terbaik di album ini, ‘The Circle Married The Line’. Ketenangan Feist dalam mengelaborasikan instrumen piano, gitar, dan sedikit drum juga tertuang dengan sangat manis di nomor-nomor seperti ‘How Come You Never Go There’ dan ‘Bittersweet Melodies’. Sedikit membandingkan, jika di album Feist sebelumnya ada nomor instrumental sepanjang hampir 7 menit berjudul ‘1234’, anda tidak akan menemukan nomor sejenis itu di Metals, namun lagu bernuansa gitar akustik yang kental dikemas dengan ciamik dalam ‘Cicadas and Gulls’. Tak hanya itu, sedikit irama vokal seorang Feist yang bluesy pun tertuang dalam ‘Anti-Pioneer’. Secara keseluruhan, eksplorasi Feist di Metals memang tidak terlalu signifikan, namun tetap merupakan estetika pop yang mapan.


Noel Gallagher’s High Flying Birds - Noel Gallagher’s High Flying Birds

Setelah konflik berkepanjangan sang kakak-adik Noel – Liam Gallagher yang ditandai dengan bubarnya unit britpop dengan reputasi global, Oasis, sang kakak (Noel) melalui perusahaan rekamannya sendiri (Sour Mash) merilis solo albumnya dengan nama ‘Noel Gallagher’s High Flying Birds’. Walaupun banyak pihak menganggap album ini hanya sekedar proyek balas dendam terhadap Beady Eye nya Liam Gallagher saja, album ini tak dapat dilewatkan begitu saja. Lagu ‘Everybody’s On The Run’ mengawali 12 lagu sarat makna dalam album selftitled ini. Lirik yang amat serius pun muncul dalam lagu ‘Soldier Boys and Jesus Freaks’,yang bercerita tentang tentara-tentara yang berperang atas nama Tuhan. Lirik filosofis dan nada-nada piano rendah serta bunyi gitar yang renyah dapat disimak dalam ‘Stop The Clocks’. Sayangnya, lagu-lagu seperti ‘(Stranded On) The Wrong Beach’, ‘AKA… What A Life!’, dan ‘The Death of You And Me’ hanya seperti kemasan yang diisi ulang oleh nuansa Oasis yang kental. 

No comments:

Post a Comment